ENDLESS story
profile

熊雪 孟ひ(と)
Haruhi(to) Kumayuki
Haruhi, Haru-chan
Generasi ke-21 dari silsilah resmi Keluarga Penyihir Pureblood Kumayuki,
yang merupakan urutan kedua keluarga penyihir tertua di Jepang.
Pureblood (tak ada seorangpun anggota keluarga yang muggleborn maupun
Tinggi badan 172cm dengan berat 56kg. Cukup tinggi untuk orang Asia, namun pendek untuk orang Eropa.
Berambut hitam agak berantakan seleher, bola mata berwarna hitam terang agak sedikit sipit, hidung agak mancung, dan bibir agak tipis.
Memiliki gingsul di gigi kiri yang akan terlihat jika tertawa.
Lahir di Kanada, tanggal 7 Mei tahun 1962,
tak pernah menginjakkan kakinya di Negeri Sakura tersebut hingga musim panas tahun 1978.
Tongkat sihir pertamanya dipatahkan orang ketika baru pertama kali menerima dan menggunakannya.
Willow wood 34 cm, inti ekor Chimaera dan nadi Naga Peruvian Tooth adalah tongkat sihirnya hingga saat ini.
Terdaftar di Hogwarts sebagai murid Asrama Slytherin, angkatan tahun 1974.
Ambisius, pendiam, datar dan ketus.
Bicara seperlunya dan tidak terlalu peduli dengan keadaan sekitarnya.
Agak tertutup pada orang-orang yang tak dikenalnya dekat.
Sorot matanya jika sedang seorang diri seolah kesepian,
namun tak pernah memperlihatkannya di depan orang-orang.
Tidak pernah berkata tulus selain kepada bibinya, Larine Kumayuki, dan kekasihnya, Mizuhime Winterfield.
Mudah cemburu dan terpancing emosinya.
Menganggap Ares Mendez de Locksley sebagai rival cinta terberatnya.
Visualisasi Haruhi Kumayuki : Tatsuya Fujiwara. Foto diambil dari International Fansite, RDTF.
Semua yang tercantum disini adalah fiktif dan hanya untuk kepentingan IH-RPG, tidak pernah ada eksistensinya di dunia nyata.
Rabu, 21 April 2010 (14.29)
Saturday, 31st July 1982, 06:30 PM
Sumida River, Between Umayabashi Bridge & Komagatabashi Bridge
Seulas senyuman riang terpampang di wajah Asia-nya. Ia kembali senang karena kekasihnya. Haruhi. Dia akhirnya mau diajak ke tempat ramai seperti ini. Terimakasih sebesar-besarnya pada Matsuzaka-san karena sudah mau membantu gadis berusia genap duapuluh tahun ini memaksa Haruhi untuk menghadiri acara untuk umum semua orang Jepang ini. Pesta Kembang Api—di malam seperti ini. Sebenarnya ini bukan hal yang luar biasa bagi Mizu. Ini merupakan suatu acara yang wajib Mizu tonton di saat musim panas ini. Dan ini pertama kalinya Haruhi menonton kembang api layaknya orang Jepang yang lainnya.
Mizu tidak menganggap Haruhi aneh hanya karena itu. Wajar. Sejak kecil—Haruhi tinggal di Kanada, dan baru menetap di Jepang dua tahun yang lalu. Kedua bola matanya kini menyipit karena Kaoru yang sedang memanggil dirinya maupun Haruhi untuk segera mendekatinya. Gadis yang memakai yukata putih dengan bunga-bunga berwarna merah muda dicampur dengan warna ungu yang sebagai penambah agar yukata itu terlihat manis. “Nee—Haruhi. Tampangmu—kau baik-baik saja, kan, Haruhi?” tanya Mizu, kini ia merasa bersalah karena mengajak kekasihnya itu ke tempat seperti ini. Kekasihnya itu hanya menjawab pelan, dan memang benar—ia masih belum terbiasa di tempat ramai seperti ini.
"Then, shall we?"
Anggukan pelan ditambah senyum manis ia berikan pada Haruhi. Gadis itu membalas uluran tangan Haruhi dan memegangnya dengan erat. Mereka menuruni undakan tangga untuk bisa mendekati Kaoru yang menunggu sepasang kekasih ini berjalan di tengah keramaian di malam ini. Selama mereka berjalan, Mizu memperhatikan para anak kecil yang beryukata seperti dirinya, berlari kecil mengejar satu sama lain atau memegang erat tangan orangtua mereka dan terkadang wajahnya merona karena melihat banyak sekali pasangan muda seperti dirinya dan Haruhi. Terdengar pelan bisik Haruhi, sepertinya dia berkomentar tentang Kaoru yang sifatnya belum dewasa. Mizu hanya tertawa kecil mendengar itu—yeah, sebenarnya ada satu sifat dari Mizu yang tidak terlalu disukai oleh Haruhi. Polos. Susah memang untuk menjauhkan sifat Mizu seperti itu. Tapi Mizu bisa jaga diri kok! Tenang saja.
"Konbanwa, Mizuhime-sama!"
Ah, embel-embel dibelakang namanya -sama. Masih terdengar aneh di kedua telinga gadis ini. Ia lebih suka dipanggil dengan embel-embel -chan dibelakang namanya. Tapi mau bagaimana lagi, Haruhi ada majikan keluarga Matsuzaka itu—mereka bukanlah pelayan namun Matsuzaka adalah pengacara pribadi Haruhi. Dan karena itu mereka juga harus bersikap sopan pada Mizu juga. “Konbanwa, Kaoru-chan,” balas Mizu riang pada gadis yang sebaya dengannya itu. Kaoru segera mempersilakan Mizu duduk di atas tikar berwarna biru terang yang sudah digelar oleh Kaoru. Mizu mengiyakan dengan anggukan pelan, ia melepas getanya untuk bersiap duduk di atas tikar ini. Akan tetapi, Haruhi menyuruhnya jangan duduk dulu. Kekasihnya itu menepuk tikar milik Kaoru dan mulutnya berdecak dan berujar pada Kaoru dengan dingin.
Mizu tersenyum tipis “Daijyobu, Kaoru-chan,” balas Mizu dengan ramah atas permintaan dari gadis beryukata merah itu. Mizu pun duduk disebelah Haruhi—Kaoru berada dibelakang mereka berdua. Ia menatap Haruhi yang seperti mencari orang, dan hanya mendengar ucapan Haruhi dan Kaoru yang menanyakan dimana kedua orang tua gadis itu. Sepertinya mereka akan menyusul. Bagus. Jadi, mereka berlima akan menikmati kembang api di atas tikar ini bersama-sama. Dan, entah Matsuzaka-san akan memakai Yukata apa tidak. Mizu melirik Haruhi—sedang membaca pamflet yang diberikan oleh Kaoru dan berujar karena belum mahir kanji—yang tidak memakai yukata seperti pemuda lainnya yang Mizu perhatikan daritadi.
“Haruhi—kau kenapa tidak memakai yukata?” celetuk Mizu dengan senyum tipisnya sambil memperhatikan Haruhi yang memakai Henley Shirt ditambah celana jeans untuk bawahannya. Tidak masalah sih Haruhi tidak memakai yukata seperti pemuda lainnya, “Lupakan, Haruhi, dear. Ah, sudah jam berapa ini? Aku sudah tidak sabar ingin melihat kembang api.” lanjut Mizu—gadis itu melirik jam tangannya.
Kurang sepuluh menit dari waktu yang harus ditentukan oleh pamflet itu.
Label: 1982, Mizuhime, Places, Summer Holiday
Is it over yet?...thinks this is not the end.
Kamis, 15 Oktober 2009 (19.09)
Ini adalah pertama kalinya Haruhi menghadiri sebuah acara Pernikahan. Sebenarnya ia agak enggan untuk kemari, karena tahu dirinya tidak diundang. Hime-lah yang secara resmi mendapat undangan pernikahan Diggory-Goldwin ini, karena secara tidak langsung kekasihnya itu memang punya hubungan cukup dekat dengan sang mempelai wanita. Selain status sebagai rekan seasrama, tentunya. Haruhi tentu saja tahu kalau Hime-nya adalah Kapten Quidditch setelah Goldwin, dan bagaimana sang gadis lebih sering curhat pada seniornya itu ketimbang Haruhi sendiri. Apalagi ketika berselisih dengan Yusuke, jangan kira Haruhi tidak tahu kalau Hime sempat menangis karenanya.
Haruhi tentu tak akan mengungkitnya hingga Hime yang membicarakan semua itu padanya. Say thanks to Destiny McLight, satu-satunya teman Slytherin yang ia miliki selama ini di Hogwarts. Gadis berambut merah itu tentunya punya banyak cerita mengenai Himenya, dan tidak segan membaginya pada Haruhi. Oh, well, katakan saja McLight sebagai sumber informasinya walau tak begitu banyak yang diungkapkannya. Namun berita perseteruan kecil Yusuke-Mizuhime tentunya menyebar begitu cepat, seperti tidak tahu dinding kastil juga memiliki telinga. Invisible ears.
Merapikan setelan jas tanpa dasinya, dan sempat dilirik tajam Hime karena terkesan agak sedikit tidak rapi ("Kenapa tidak pakai dasi?"), Haruhi bangkit dari duduknya. Berdiri bersamaan dengan para hadirin yang lain, pertanda bahwa sang mempelai wanita akan memasuki tempat upacara tersebut. Seluruh mata kini tertuju pada Goldwin seorang, berjalan menuju altar dengan didampingi oleh seorang pria yang kemungkinan besar adalah ayahnya. Di altar sana, telah menanti Diggory sang mempelai pria, dalam balutan jas terbaiknya. Entah kenapa Haruhi merasa semua orang tengah menahan nafasnya saat ini, hingga Goldwin menginjakkan kakinya di altar, reaksi itu tidak ada lagi.
Dan kembali terulang ketika proses Sumpah Pernikahan dilakukan saat ini. Haruhi melirik Hime yang berdiri di sebelah kanannya, bertepatan dengan keluarnya janji sehidup-semati itu dari bibir Diggory. Tangannya menggenggam Hime erat, entah kenapa. Kedua telinganya mendengar apa yang keluar dari mulut pendeta di altar itu, meresapi semua kata-katanya—
—persatuan dua jiwa. Terasa begitu sensitif di telinganya.
"Undangan pernikahan, Haruhi-sama?" Matsuzaka membolak-balikkan kopian undangan itu dengan dahi mengernyit, melirik Tuan Mudanya yang tengah menyesap kopinya. Haruhi mengangguk kecil, meletakkan cangkirnya di atas meja dan menatap Matsuzaka dengan alis terangkat. Ada nada aneh terdengar dari bagaimana pengacaranya itu berbicara, "Ada masalah dengan itu semua, Matsuzaka? Kau tak perlu khawatir, aku tak akan menelantarkan pekerjaan. Anggap saja ambil cuti sekitar empat hari—"
"Tidak apa, Haruhi-sama, saya mengerti," Matsuzaka tersenyum kecil, menyela kata-kata Tuan Mudanya. Meletakkan undangan tersebut di atas meja, menggeretnya hingga berada di depan Haruhi. Pria setengah baya itu duduk di atas zabuton, berhadapan dengan Haruhi. Tertawa kecil, seulas senyum jahil tertera di wajah Matsuzaka.
"Bagaimana dengan Anda dan Mizuhime-sama?"
Haruhi terpaku. Matanya berhenti membaca baris-baris kata Daily Prophet sementara cangkir kopi yang tadi diangkatnya menggantung di depan dagunya. Jelas terlihat bahwa dirinya agak kaget dengan pertanyaan Matsuzaka, sehingga secara tidak sadar menghentikan kegiatannya saat ini dan membiarkan cangkirnya berhenti di depan dagunya.
Berdeham kecil dan menyesap kopinya, Haruhi menanggapi Matsuzaka dengan firasat agak buruk, "Ap—apa maksudmu?" Dan, Matsuzaka hanya terkekeh pelan.
"Tak terlintaskah dalam pikiran Anda untuk segera menyusul Diggory-Goldwin?"
Seketika itu juga, kopi yang berada di mulut Haruhi tersembur keluar.
"Bahkan mereka sudah memiliki anak lelaki yang tampan. Cedric Diggory—"
Cairan kecoklatan itu semakin menyembur, dan disusul oleh suara batuk keras.
Cukup mencengangkan bagaimana kalimat itu bisa keluar dari mulut Matsuzaka. Membuat Haruhi kelabakan untuk menjawabnya, selain dari bagaimana pria itu bisa tahu mengenai Cedric Diggory. Well, mungkin berkat Daily Prophet. Entahlah. Waktu itu Haruhi hanya terdiam.
Sekali lagi, ia melirik Hime-nya.
Pernikahan? Jelas usianya masih terlalu muda menurutnya walau dalam standar Jepang, usia enambelas tahun sudah banyak yang menikah. Dan kini, usianya duapuluh tahun. Haruskah menunggu lagi? Diggory dan Goldwin yang berada di atas altar sana, mengucap sumpah dalam prosesi sakral ini, jelas telah berada dalam usianya yang telah matang. Berani memutuskan untuk membuka lembaran hidup baru dengan pendamping abadinya.
Dan Haruhi. Siapkah ia? Menjaga Hime untuk selamanya?
Mungkin hanya Tuhan yang tahu.
Mengangkat jemari-jemari lentik yang tengah digenggamnya itu, Haruhi mengecup punggung tangan gadisnya lembut.
"Boku no ai wa—eien.*"
*Cintaku abadi untukmu—selamanya
Credit to Yuki untuk Nihon-nya, dan credit to Miru untuk pujian terhadap Cedric Diggory
Minggu, 02 Agustus 2009 (01.58)
SUMMER 1982
Sumidagawa Fireworks Festival
Saturday, 31st July 1982, 06:30 PM
Sumida River, Between Umayabashi Bridge & Komagatabashi Bridge
Ramai. Dan sejujurnya, Haruhi tidak terlalu suka ini. Demi Tuhan, seandainya saja Matsuzaka (dan Hime) tidak memaksanya kemari! Walaupun diakuinya baru kali inilah merasakan sesuatu yang selayaknya normal dirasakan bagi warga Jepang. Kesampingkan kenyataan bahwa dirinya lahir dan tumbuh di Kanada, darah yang mengalir dalam tubuh jangkungnya adalah Asian. Jepang. Dan Haruhi Kumayuki (Haruhito Kumayuki, ralat) tentunya harus menerima kenyataan itu. Mulai terbiasa menjadi seorang warga Jepang yang baik, serta penerus bisnis keluarga. Yang warisannya hingga saat ini belum juga sampai ke tangannya...
...sedikit mengingatkannya pada sosok Osamu. Pamannya itu. Bah.
"Haruhi-sama! Mizuhime-sama! Koko, koko!*" Kaoru Matsuzaka, gadis sebayanya itu berteriak keras di tengah keramaian, melambai-lambaikan tangannya memberitahukan posisi dimana dirinya berada. Haruhi terbuyar dari lamunan sesaatnya, mengerjap pelan dan pada akhirnya berhasil menangkap keberadaan gadis beryukata merah dengan hiasan bunga pink itu di bawah sana (persis satu setengah meter persis dari tepi sungai), berdecak kesal dan melirik gadisnya yang tepat berada di sebelahnya. Tampak cantik dalam yukatanya, berbeda jauh dengan Haruhi. Ia hanya menggunakan pakaian biasa, celana jins dengan atasan Henley Shirt putih polos berkancing tiga dari bagian kerah. Dua kancing atas terbuka. Dan percaya atau tidak, beberapa gadis sempat meliriknya. Berbisik-bisik dan tertawa 'genit' ketika berjalan melewatinya. Tentu saja Haruhi tidak mempedulikannya! Ia bukan tipe tebar pesona seperti...
...Locksley? Tsk.
Dan Hime memanggil namanya. Bertanya apakah Haruhi baik-baik saja, dan mengapa wajahnya terlihat agak kurang senang bahkan mendekati galak—
"Never mind. Kau tahu aku agak sedikit kurang terbiasa dengan keramaian," lirihnya, mengulas senyuman lembut pada kekasihnya, "Then, shall we?"
Haruhito mengulurkan tangan kanannya pada Sang Putri Air, menggenggamnya erat dan berjalan menuruni undakan anak tangga yang terhubung dengan tepi trotoar jalan raya dekat Sumida-gawa perlahan. Menembus lautan manusia yang ada di depannya, sebisa mungkin tak melepaskan genggamannya pada Sang Putri. Entah apa yang membuat Sumida-gawa begitu ramai di akhir Sabtu ini, selain pada faktor bahwa ada Festival Kembang Api tahunan yang telah menjadi tradisi serta pelaksanaan perdana Perlombaan Kembang Api. Oh, ya, libur musim panas. Kenapa dirinya bisa lupa akan hal itu? Kalau diperhatikan baik-baik, kebanyakan dari para pengunjung adalah pasangan, walau beberapa diantaranya adalah keluarga besar yang sebegitu niatnya menyaksikan percikan api di di angkasa itu sehingga membawa tikar.
Well, sebenarnya Haruhi termasuk keluarga yang niat itu. Karena Keluarga Matsuzaka juga ikut. Padahal ia ingin berdua saja dengan Hime. Hitunglah berapa kali kebersamaan mereka hilang akibat pekerjaan yang sangat bertolak-belakang sehingga mereka sangat jarang untuk bertemu? Kekasihnya di St. Mungo, sementara Haruhi di Jepang. Dunia Sihir, Dunia Muggle. Terasa begitu berbeda, hm?
Haruhi mengerti kalau Mizuhime Winterfield sangat sibuk, dan seorang Healer memang tidak kenal yang namanya hari libur. Sekalinya mengunjungi kediaman Winterfield di Jepang, malah adik-adiknya yang ada di rumah. Jangan harap Haruhi diizinkan masuk jika si bungsu Kenichi yang membukakan pintunya! Walaupun Haruhi sedikit maklum karena Kenichi mengidap sister-complex akut, entah Hime menyadarinya atau tidak. Dan kau pikir Haruhi akan bersusah-payah untuk membujuk calon adik iparnya itu untuk ramah padanya? NO. Ketahuilah bahwa Haruhi tidak pintar berurusan dengan anak kecil, apalagi tipe Kenichi yang sudah diperlakukan baik namun tetap kekeuh membencinya.
Wow. Pikirkan itu saja nanti, oke, Haruhi? Nikmati saja waktumu bersama Hime sekarang.
Sepasang sejoli muda itu berjalan (dengan susah payah karena sejauh mata memandang, yang tadinya hamparan rumput hijau sudah tertutupi manusia) mendekati Kaoru yang masih mengulurkan tangannya ke angkasa dan menggoyangkannya semangat, dan Haruhi hanya mendengus kecil melihatnya. Bahkan ia sempat berbisik pelan, "Seperti biasa, tak pernah dewasa," tersenyum tipis. Begitu dirinya dan Hime telah berada tepat di hadapan Kaoru, barulah gadis itu menurunkan tangannya dan tersenyum super-lebar.
"Konbanwa, Mizuhime-sama!"
Oh, ya. Kaoru memang belum bertemu Hime hari ini. Haruhi yang menjemput kekasihnya itu langsung dari rumahnya. Bahkan sempat diselingi teriakan rewel Kenichi.
"Ayo, duduk! Nanti tempatnya keburu diambil orang, jadinya susah lagi," lanjutnya, mendorong Haruhi dan Mizuhime untuk duduk di tempatnya, di atas hamparan tikar berwarna kebiruan terang itu. Sepertinya Kaoru baru saja memakainya untuk ke pantai, karena masih tersisa butira-butiran pasir ketika Haruhi mendudukinya dan meraba permukaannya. Ia memberikan tanda pada Hime untuk tidak duduk dulu dengan tangannya, menepuk-nepuk permukaan tikar yang agak kotor itu pelan seraya berdecak dan melirik tajam Kaoru, "Bersihkan dengan baik jika sudah memakainya, Kaoru."
Dan, Kaoru nyengir lebar. Pada akhirnya membantu Haruhi membersihkan permukaan tikar, kemudian mempersilakan Mizuhime untuk duduk, "Gomen nee, Mizuhime-sama! Silakan," ujarnya, kemudian ikut duduk di belakang keduanya. Sementara Haruhi menoleh kanan-kiri, mencari keberadaan Hideyuki serta Makiko; orangtua Kaoru. Menatap gadis sebayanya itu dengan alis terangkat, membalikkan badannya, "Dimana yang lain?"
"Tou-san? Oh, katanya menyusul."
Really?
"Oh iya, Hanabi-nya dimulai jam tujuh—setidaknya, menurut pamflet," Kaoru menyerahkan selembar pamflet berisikan informasi Festival Sumida-gawa pada Haruhi, seraya terus menyerocos, "yang ada di pamflet itu bentuk-bentuk dasarnya. Sama daftar peserta lomba perdana—"
"—kanji semua. Dan kau tahu aku masih belum pintar membaca kanji, Kaoru."
Haruhi masih tidak bisa membaca kanji, harap diingat. Walaupun sudah genap tinggal 2 tahun di Tokyo.
*Koko, koko! = Disini, disini!
*Hanabi = Kembang Api
Label: 1982, Haruhi, Places, Summer Holiday
Selasa, 16 Juni 2009 (02.46)
“Wah—Ken-chan. Bagaimana dengan Hogwarts? Menyenangkan tidak?” seorang gadis muda baru saja menghempaskan tubuhnya di sofa empuk di ruang keluarganya. Ia bertanya pada adik kecilnya yang duduk tepat disamping kanannya. Wajah gadis muda itu memperhatikan dengan seksama wajah adik kecilnya yang sepertinya menyimpan rahasia selama tinggal di Hogwars hingga liburan Natal tiba di hari ini. Kenichi hanya tersenyum tipis dan mengangguk kecil kalau bocah berumur sebelas tahun itu menjawab pertanyaan dari kakaknya kalau Hogwarts itu menyenangkan. “Kau—aku tidak yakin dengan anggukanmu, Ken-chan. Nee—ceritakan semuanya. Apa ada berita yang tidak menyenangkan dengan Hogwarts? Atau dengan Hufflepuff?” tanya Mizu dengan merangkul pundak kecil Kenichi. Mr. Winterfield, Mrs. Winterfield dan Hiro pun menatap bersamaan yang tengah duduk di ruang keluarga yang cerah karena lampu kemilau dari pohon Natal milik keluarga ini.
Kalau berita buruk bagi Hogwarts ialah berita kematian dua senior Mizu—James Potter dengan istrinya, Lily Evans. Yeah, mereka terbunuh karena perbuatan jahat sang Pangeran Kegelapan, Voldemort. Ugh, keluarga Winterfield memang tidak merasa takut dengan menyebut nama si penjahat bagi dunia sihir maupun dunia Muggle. Dan Mizu menunggu bibir mungil Kenichi yang terkatup rapat agar terbuka dengan menceritakan kejadian di sekolahnya. “Mizu-neechan. Hogwarts sangat menyenangkan—Kenichi bertemu dengan dua senior Mizu-neechan dulu saat sekolah. Senior Evania dan senior Naoko. Dan Kenichi juga sudah punya banyak teman—tidak hanya dari asrama Hufflepuff saja. Gryffindor, Ravenclaw—dan, terkecuali dengan Slytherin. Err—Kenichi sedikit ketakutan jika menyapa anak dari asrama Slytherin,” ucap bocah kecil itu dengan panjang lebar. “Lalu? Teruskanlah ceritamu, nak. Kami menunggu lanjutan ceritamu tentang pengalaman pertamamu tinggal di Hogwarts,” sahut Mrs. Winterfield dengan tersenyum tenang pada si bungsu.
TING TONG!
“Pasti dia. Biar aku saja yang keluar,” ucap Mizu sambil melepaskan rangkulan lengannya di pundak kecil adiknya itu.
“Mizu-neechan duduk saja. Kenichi saja yang keluar—pasti itu tamu daddy,” ucap Kenichi mantap—yeah, bocah itu berhasil keluar dari lingkaran penasaran keluarganya dengan ceritanya. Ia tidak mau menceritakan Hufflepuff baru saja mendapat musibah dengan berkurangnya poin 600 untuk asramanya. Dan ia tidak mau melihat wajah kekecewaan dari wajah Mizu-neechan, Mr. Winterfield dan Mrs. Winterfield yang merupakan alumni Hogwarts dari asrama Hufflepuff. “Baiklah,” ucap Mizu pelan sambil melihat Kenichi berlalu dari ruang keluarga untuk keluar rumah. Tapi tidak mungkin Mizu membiarkan Kenichi keluar sendiri dan membuka pagar untuk kekasihnya yang diundang oleh ayah dan ibunya untuk makan malam di malam Natal ini. Gadis berusia sembilan belas tahun itu pun akhirnya mengikuti adik kecilnya dari belakang.
“Haru-niichan? Kau kenapa kesini? Kukira—tamu ayahku. Ck,” ucap Kenichi dengan mengernyitkan keningnya karena tak percaya kalau orang yang memencet bel rumahnya adalah seorang pemuda Asia, kekasihnya Mizu-neechan. Oh, pantas saja Mizu-neechan semangat ingin membukakan pagar untuk pemuda ini. “Ken-chan—tidak baik kau bertanya seperti itu dan membiarkan Haruhi tetap diluar tanpa membukakan pagar untuknya,” sahut Mizu dengan berlalu melewati Kenichi dan langsung membuka pagar untuk Haruhi. “Maafkan ucapan adikku, Haruhi—,” ucap gadis itu dengan tersenyum pada Haruhi dan melirik sekilas pada Kenichi yang cemberut. “Ayo, masuk,” ajak Mizu dengan menarik tangan kanan Haruihi dan merangkul pundak Kenichi untuk mengajak masuk ke dalam rumah.
Label: 1981, Kenichi, Mizuhime, Places, Winter
Minggu, 14 Juni 2009 (23.17)
Haruhi terpaku.
Kedua langkah kakinya berhenti tepat di depan pintu gerbang rumah gadisnya, tak terhitung lagi sudah berapa kali ia mengunjungi tempat ini. Setiap hari? Tidak tentu saja, dirinya tahu sang gadis kini sibuk dengan pekerjaan barunya dan dirinya sendiri pun juga tak berbeda jauh. Meneruskan bisnis perkebunan keluarga turun-temurun jelas bukanlah suatu pekerjaan mudah. Ia tahu harus banyak belajar dari para pendahulunya, terutama sang kakek. Entah mengapa setiap kali teringat pada keluarganya, bayangan Osamu serta seorang pemuda sebayanya kembali membayang-bayanginya.
Pertanyaan yang hingga saat ini belum terjawab : siapa pemuda yang wajahnya bagaikan pinang dibelah dua dengan Haruhi itu?
Adik..?
Agaknya mustahil.
Haruhi berdehem pelan, merapikan vest abu-abu dan kemeja di balik mantel coklatnya; sekaligus mengeratkan syal ungu di lehernya. Sesekali ia menghembuskan nafas sehingga mengeluarkan uap-uap putih tipis, menengadahkan kepalanya ke langit dan tersenyum tipis begitu menyadari salju mulai turun perlahan. Ia memasukkan kedua tangannya yang berbalutkan sarung tangan kulit ke dalam saku mantelnya; dimana tangannya yang kanan memegang erat sesuatu ketika itu. Hadiah? Hm, entahlah. Hanya dirinya yang tahu.
Dan mungkin sebentar lagi, Hime-nya.
Menarik nafas dalam-dalam, Haruhi mengulurkan tangan kirinya dan menekan bel yang ada di pintu gerbang. Dalam hatinya sendiri pun sebenarnya ia masih ragu akan keputusannya kemari untuk memenuhi undangan kedua orang tua gadisnya, apalagi tanpa sang bibi bersamanya. Larine sendiri sedang dalam keadaan kurang sehat, dan ketika Haruhi bersikeras ingin menemani bibinya, wanita itu malah menyuruh Haruhi pergi. Meninggalkan seseorang yang sakit di rumah sementara kau sendiri bersenang-senang di luar, kedengarannya agak sedikit tidak manusiawi. Dalam satu sisi.
Pintu gerbang belum juga terbuka, dan ini cukup membuatnya khawatir. Tidak seperti biasanya. Kalau bukan Hime yang membuka, pasti salah satu dari kedua adiknya. Atau bahkan kedua orang tuanya.
Siapapun tak jadi masalah, selama bukan Hime. Masih terlalu cepat untuk 'itu', bukan, Haruhi?
Label: 1981, Haruhi, Places, Winter
Kamis, 30 April 2009 (22.00)
Summer, July 1st 1981.
“Arigatou, kaasan—daddy,” ucap gadis itu yang sekarang genap usianya 19 tahun. Orangtuanya mengangguk kecil menanggapi ucapan gadis mereka yang kini beranjak dewasa. Beranjak dewasa dengan pemikiran yang bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Dan semoga kepolosannya menghilang. Beda dengan ulang tahun sebelumnya yang cukup meriah dengan sebuah kue ulang tahun yang langsung diberi oleh Mrs. Winterfield tiap tahun. Di tahun ini, Mizu berasumsi, kedua orangtuanya kini mengajar untuk bersikap dewasa. Mizu sih tidak keberatan tanpa kue ulang tahun di usianya yang ke sembilan belas ini.
“Kau pasti ada janji dengan Haruhi dan Yusuke di café pinggir jalan Shibuya, Mizu-chan?” Tanya Mrs. Winterfield dengan tersenyum lembut. God! Kaasan tahu darimana? batinnya dengan cukup terkejut apa yang diucapkan oleh ibu kandungnya itu. Ken-chan tertawa geli melihat mimik muka Mizu yang seketika berubah. Mizu hanya bisa tersenyum tipis dengan paksa. Jangan bilang kalau Kaasan bisa membaca pikiranku. Dan kenapa Kaasan merahasiakan dariku kalau bisa membaca pikiran orang, eh? “Yeah, Mizu. Ayah dan ibumu bisa membaca pikiranmu,” sahut Mr. Winterfield sambil mengelus pelan kepala Mizu. Gadis itu hanya mengerjapkan matanya berapa kali.
“Kenapa kalian tidak memberitahuku sejak dulu—dan—,” ucapannya terputus karena Mrs. Winterfield langsung menganyunkan tongkatnya ke arah tubuh Mizu yang sudah berpakaian rapi dengan sebuah gaun musim panas lama miliknya. Ahh—sebuah gaun musim panas berwarna putih selutut yang cantik dengan lengan seperempat telah menggantikan gaun musim panas yang lama di tubuh gadis itu. “Itu kadomu, nak. Dan anggap saja itu permintaan maaf karena Kaasan dan ayahmu tidak memberitahukan kita bisa membaca pikiran orang lain sejak dulu,” ucap Mrs. Winterfield dengan cepat. “Kau akan lebih cantik lagi dengan—,” ayunan tongkat lagi dari Mrs. Winterfield ke arah rambut. Rambut panjangnya yang tadi polos tanpa aksesoris rambut, kini sudah terpasang dengan rapi sebuah bando berenda yang warna senada dengan gaun musim panasnya.
“Satu lagi,” ayunan tongkat dari Mr. Winterfield ke arah kedua kaki Mizu yang beralaskan flat shoes berwarna hitam. Well, flat shoesnya kini sudah terganti dengan sebuah high heels tinggi lima sentimeter warna putih. “Kawaii. Ya kan, Hiro-niichan?” Ken-chan berseru melihat kakak kandungnya yang kini kelihatan lebih manis dengan memakai kado pemberian dari kedua orangtuanya. “Anoo—ini terlalu berlebihan dad, kaasan,” timpal Mizu dengan sungkan, ia melirik sekilas pada Hiro-chan yang mengangguk setuju pada ucapan Ken-chan tadi. “But—thanks,” lanjut Mizu dengan mengucapkan terima kasih pada kedua orang tuanya itu dengan tersenyum lebar. Like a Cinderella story, eh? Yeap—namun ini sangat berbeda—Mizu tidak untuk pergi ke pesta dansa, melainkan ke sebuah café yang menjajakan makan manis seperti Strawberry Shortcake, Cheesecake, Chocolate cake, semacam pastry.
“Aku harus segera pergi,” ucapnya setelah melihat jam tangannya. “Sendiri, neechan?” Tanya Hiro-chan tiba-tiba. Pemuda berusia 16 tahun itu memang pendiam,ia hanya bicara seperlunya. Sifatnya seperti Haruhi. “Tentu saja, Hiro-chan,” jawab Mizu. “Maksudku, tidak diantar oleh Tora-san?” Tanya Hiro-chan lagi. “ Nope. Aku akan ber-apparate menuju sana,” jawab Mizu dengan tersenyum pada adiknya itu dan Hiro-chan hanya diam mendengar jawaban kakaknya itu. “Hati-hati, neechan,” sahut Ken-chan. “Pasti—,” Oh oke. Gang kecil disebelah toko buku, batinnya. “—Jya!”
POFF!
Suara ‘pop’ pelan mengantar kepergian Mizu yang langsung ber-Apparate di depan keluarganya. Transportasi sihir seperti ini sudah ia sering pakai saat pertama kali ia mencobanya ke Hogsmeade tahun lalu di musim dingin. Suara ‘pop’ pelan kembali terdengar saat Mizu ber-dis-Apparate tepat di gang kecil yang bersebelahan dengan toko buku di pinggir jalan Shibuya. Mizu segera keluar dari gang kecil ini setelah mengecek kalau tidak ada yang melihatnya saat kemunculannya tadi. Sambil merapikan poninya yang berantakan karena efek dari ia ber-Apparate tadi—untung saja poninya yang berantakan bukan salah satu anggota tubuhnya yang tertinggal di rumahnya. Oh, jangan sampai seperti itu—Mizu pun berjalan di sepanjang pinggir jalan Shibuya yang sangat ramai di musim panas ini. Shibuya tidak akan pernah sepi di setiap musim hingga tengah malam pun masih cukup ramai.
Mizu segera memasuki café dimana ia akan bertemu kekasihnya, Haruhi dan sahabat terbaiknya, Yusuke disini. Seorang pelayan café ini segera menyambut Mizu dengan ramah dan menanyakan Mizu mau duduk dimana. Sebelum menjawab, kedua bola matanya mencari sosok dua pemuda itu. Mizu merasa kalau ia cukup telat karena acara kecil di rumahnya tadi. Sosoknya sudah ia temui, Haruhi ternyata yang datang duluan. Mizu pun menjawab pada pelayan café tersebut kalau ia akan duduk bersama pemuda itu. Pelayan café itu hanya menanggapi dengan tersenyum kecil—Mizu lalu segera mendekati Haruhi dan menyapanya.
“Haruhi—gomen. Aku telat,” ucapnya pelan dengan nada bersalah. Mizu lalu membungkukkan tubuhnya. Kecupan pelan dan manis tepat di pipi kanan Haruhi. Mizu segera memalingkan wajahnya dan dengan cepat ia duduk di hadapan kekasihnya itu. Ia hanya tersenyum manis di depan Haruhi.
Label: 1981, Birthday, Mizuhime, Places, Summer Holiday
Rabu, 29 April 2009 (18.59)
[Nama -- Panggilan]: Haruhi Kumayuki (孟ひ)-- Haruhi, Haru-chan (hanya untuk ibunya)
[Status Darah]: Pureblood dengan golongan darah O.
[Tempat dan Tanggal Lahir]: Kanada, 7 Mei 1962.
[Suku Bangsa Karakter]: Jepang murni.
[Asrama]: Slytherin
[Tahun Masuk Hogwarts]: 1974
[Peliharaan]: Kucing Anggora bernama Putih.
[Tongkat sihir]: Kayu Willow 34 sentimeter dengan inti Ekor Chimaera dan Nadi Naga Peruvian Tooth.
[Sapu terbang]: None.
[Posisi di Tim Quidditch]: Tak ada dan tidak berminat.
Latar Belakang Keluarga
[Nama Ayah]: Shogun Kumayuki, Pureblood.
[Nama Ibu]: 'Haruhi' Kumayuki (春ひ), Pureblood.
[Nama Saudara]: Tidak punya saudara kandung.
- Hiroki Kumayuki, R.I.P. (Pureblood, Kakek dan kepala keluarga Kumayuki selama 3 generasi)
- Akane Kumayuki/Akamiko, R.I.P. (Pureblood, Nenek, Istri pertama Hiroki)
- Yukiko Kumayuki/Yamada/Takahashi, R.I.P. (Pureblood, Istri kedua Hiroki)
- Nobu Kumayuki, R.I.P. (Pureblood, putra kandung Hiroki dari Akane dan ayah 'Haruhi')
- Ryotaro Kumayuki/Yamada/Takahashi, R.I.P. (Pureblood, putra tiri Hiroki dari Yukiko, ayah dari Shogun)
- Kenzo Kumayuki, R.I.P. (Pureblood, putra kandung Hiroki dan Yukiko, ayah dari Larine)
- Helina Kumayuki, R.I.P. (Pureblood, adik kandung 'Haruhi')
- Osamu Kumayuki (Pureblood, putra dari Kenzo dan kakak dari Larine)
- Daiki Kumayuki (Pureblood, putra angkat Osamu)
- Larine Kumayuki (Pureblood, putri dari Kenzo dan bibi angkat dari Haruhi)
[Latar Belakang Keluarga]:
(sedang disusun saking panjangnya -.-a)
Data Personal
[Personaliti Karakter]: Ambisius, pendiam, datar dan ketus. Bicara seperlunya dan tidak terlalu peduli dengan keadaan sekitarnya. Sorot matanya jika sedang sendirian sering menunjukkan rasa kesepian, kepada orang lain ia tidak pernah menunjukkan sorot mata ini. Tidak pernah berkata tulus selain kepada bibinya, Larine, dan Mizuhime. Haruhi mencintai gadis itu sama seperti bibinya, dan bertekad tidak akan melibatkan gadis itu dalam masalah keluarganya yang cukup rumit. Mudah cemburu pada Mizuhime yang ia panggil dengan nama kesayangan Hime dan tidak mau ada orang lain yang memanggilnya begitu selain dirinya. Agak tertutup pada orang yang tidak ia kenal dekat.
[Bakat dan Kekurangan]:
Berbakat menggambar komik dan sebenarnya bercita-cita jadi komikus. Dalam pelajaran sihir, lumayan berbakat dalam PTIH dan ramuan serta mantra. Tidak terlalu menyukai Arithmancy. Kelemahannya ada pada sorot mata Larine dan Mizuhime karena dua orang itu membuatnya tidak bisa berkutik sama sekali.
the song

Artist: Hideaki Tokunaga
Album Name: Vocalist 3
Release Type: Album
Release Date: 2007.08.15
Genre: J-Pop, Vocal
Tracklist:
01 KOI NI OCHITE "FALL IN LOVE"
02 PRIDE
03 MOMOIRO TOIKI
04 WAKARE UTA
05 YASASHII KISS WO SHITE
06 TIME GOES BY
07 TASOGARE MY LOVE
08 GENKI WO DASHITE
09 ENDLESS STORY
10 MACHIBUSE
11 TSUKI NO SHIZUKU
12 MAYOI MICHI
13 CAN YOU CELEBRATE?
*Info taken from here.
the face
藤原竜也
(ふじわら たつや)
Fujiwara Tatsuya
Actor
Born in Chichibu, Saitama, Japan, 1982-May-15
178cm/55kg
Taurus
Blood type A
He is famous for acting the part of Shuya Nanahara in the controversial 2000 film Battle Royale,
and continues the character as a leader of the Wild Seven in the sequel, Battle Royale II: Requiem.
He stars as Light Yagami, the leading role in Death Note and Death Note: The Last Name,
films based on the manga of the same name.
He is a Seibu Lions fan.
He has also worked with director Takashi Miike for Sabu.
In theatrical works, he is known for collaborating with Yukio Ninagawa,
one of the most influential directors in Japan. He started his career in theatre, before screen debut,
with the title role of Shintoku-maru, the boy who has an obsessive relationship with his step mother.
He has also acted in Shakespeare plays, including Hamlet and Romeo and Juliet.
credits
designer: & - nameless
part of the basecodes : DancingSheep
inspiration : /!nsomnia®
blog hosting : Blogger
not on plot
PUPPETMASTER
Yusuke Sawada
Karasuma Rei
Nathan Kehl Harvarth
Sienna Imanuela Duske
Marion Elianthe Janette
Yuka Ueda
Satoshi Takayama
Arya Singh
ongoing plot
Mizuhime Winterfield
plot archives
+ Asakusa, Tokyo - Japan — Pt. 1.2 (Mizu)
+ Amos Diggory and Evania Goldwin's Wedding - Devon ...
+ Asakusa, Tokyo - Japan — Pt.1.1 (Haruhi)
+ X-mas Night — Pt. 1 (Mizu-Ken)
+ X-mas Night — Pt. 1 (Haruhi)
+ Tanjoubi no Kiseki — Pt. 1.1 (Mizu)
+ Biodata Karakter
+ Strangers — Pt. 1.3 (Osamu-Haruhi)
+ Strangers — Pt. 1.2 (Mizu)
+ Strangers — Pt. 1.2 (Osamu)
Posting Komentar